Friday 17 November 2006

Kopi + Susu = Merusak Kesehatan?



**(Erabaru.or.id) - **Berkenaan dengan kopi banyak versinya, begitu juga
dengan susu, dalam artikel berikut ini redaksi telah menyusun sebuah
keselarasan kecil.

**Soal pertama : Kopi + Susu = Merusak kesehatan ?**
Makanan yang sesuai dan ilmiah dapat menyehatkan. Sebaliknya, jika makan
dan minum tidak tepat, maka akan merusak kesehatan. Karena itu, ahli
ilmu gizi memberitahu pada konsumen, bahwa kopi + susu = merusak kesehatan.

Minum kopi dalam jumlah yang pas (tidak lebih dari 2 gelas sehari)
bermanfaat bagi otak besar dan jantung. Susu yang kaya dengan kalsium
adalah minuman yang baik bagi penguatan tulang. Namun, bila mengonsumsi
susu dengan campuran kopi dalam jangka waktu yang panjang, justru akan
merusak hati, sebab campuran demikian akan menyebabkan suatu emulsi yang
kurang stabil dan sulit dicerna. Orang Perancis adalah bangsa yang
mengonsumsi kopi dengan campuran susu yang terbesar di dunia, tapi, di
antara mereka, orang yang mengidap radang hati atau hepatitis tidak
lebih banyak dibanding negara lain, ternyata itu ada kuncinya: tuangkan
kopi ke susu, jangan tuangkan susu ke dalam kopi, selain itu, sebaiknya
pakai susu bebas lemak. Dengan demikian dapat mencegah susu membusuk
dalam perut anda.

**Soal kedua: Berlebihan mengonsumsi minuman yang mengandung kafein
mudah mengidap batu ginjal ? **

Jawaban ahli: benar! Minum berlebihan minuman yang mengandung kafein
mudah mengidap batu ginjal.

Berlebihan mengonsumsi minuman yang mengandung kafein, mudah mengidap
batu ginjal. Survei menunjukkan, bahwa setelah mengkonsumsi minuman yang
mengandung kafein berlebihan, kandungan kalsium dalam air kecil mereka
akan meningkat drastis, sehingga mudah menyebabkan batu ginjal.

Dokter Linda Massy dari Universitas Washington menuturkan, kalsium
adalah unsur utama batu. Jika kafein yang dikonsumsi semakin besar, maka
resikonya akan semakin besar. Bersama dengan dokter Roger Lardon, dokter
Massy telah melakukan percobaan terkait. Setelah dilakukan serangkaian
percobaan terhadap 48 orang sukarelawan menunjukkan, jumlah kadar
kalsium, natrium, magnesium dan asam sitrat mereka meningkat naik.

Dokter Linda Massy menjelaskan, sesungguhnya pembentukan asam sitrat dan
magnesium dalam tubuh bisa membantu mencegah batu ginjal. Akan tetapi,
setelah mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein, kadar-kadar itu
dikeluarkan, sehingga resiko mengidap penyakit batu ginjal juga meningkat.

**Soal ke-tiga : Jeruk, juice, manisan, coklat dan obat tidak baik
dikonsumsi secara bersamaan dengan susu ?**
Kurang lebih satu jam berturut-turut sebelum minum susu, tidak baik
makan jeruk. Sebab jika protein yang terkandung pada susu berbaur dengan
asam buah jeruk, akan terjadi pembekuan, sehingga akan mempengaruhi
pencernaan dan penyerapan susu, di saat demikian juga tidak baik
mengonsumsi buah-buahan asam.

Susu kaya dengan kandungan protein dan kalsium, sedangkan coklat
mengandung asam oksalat, jika keduanya dikonsumsi bersamaan akan
bersenyawa kalsium asam oksalat yang tidak melarut, sehingga akan sangat
berdampak pada penyerapan kalsium. Bahkan akan muncul gejala rambut
kusam, diare, pertumbuhan lambat atau gejala lainnya.

Ada yang suka minum obat dengan susu, padahal, susu jelas dapat
mempengaruhi penyerapan obat. Karena susu mudah membentuk selaput
vegetasi di permukaan obat, akibatnya terjadi reaksi kimiawi antara obat
dengan kalsium, magnesium dan mineral lainnya, kemudian membentuk zat
non larutan air, dengan demikian akan mempengaruhi pengeluaran dan
penyerapan efektifitas obat. Karena itu, satu jam sebelum minum obat
sebaiknya tidak mengonsumsi susu.

**Soal ke-empat : yogurt dan susu, mana yang lebih bisa membuat anda
gemuk ?**
Bila menyinggung tentang kalori, maka kitab harus mengetahui
komposisinya. Meskipun setiap merek berbeda, tapi komposisinya sebagian
besar mengandung susu, fruktosa, pewangi dll. Umumnya, produsen akan
memberi tambahan pemanis atau fruktosa dalam minuman, sehingga dengan
demikian menambah sejumlah besar kalori.

Susu berlemak rendah isi 240 cc kurang lebih mengandung 120 kilogram
kalori, bila ingin mengkonsumsi susu asam yang berkalori rendah, kita
rekomendasikan kepada anda sebaiknya memilih susu asam rendah kalori dan
bebas lemak.

Kesimpulan ahli: secara umum, yogurt tetap sedikit lebih tinggi
kalorinya dibanding susu, kepada kaum wanita yang takut gemuk, tetap
harus hati-hati dalam memilih merek maupun jenisnya, selain itu harus
mengontrol takarannya, jika tidak akan mengonsumsi setumpuk kalori tanpa
disadari.

**Soal ke-lima: susu + telur bukan sarapan yang sempurna ? **
Jawaban: Benar, sebab susu campur telur tidak dapat memberi gizi yang
cukup. Minum segelas susu, makan sebutir telur, kemudian melahap
beberapa irisan daging, sabil membawa sebiji buah-buahan lalu buru-buru
berangkat kerja, ini adalah sarapan pagi sejumlah besar pekeja kantoran.
Namun, ditilik dari sudut ilmu gizi sekarang, paduan makan seperti ini,
memang jumlah serapan protein dan lemak sudah cukup, tapi mengabaikan
serapan karbohidrat.

(Sumber Secret China)

Ya Allah, Kapan Aku Mengangkat Koperku Sendiri...?

-------- Original Message --------
Subject: Ya Allah, Kapan Aku Mengangkat Koperku Sendiri...?
Date: Thu, 9 Nov 2006 08:58:32 +0700
From: Care Community


Ya Allah, Kapan Aku Mengangkat Koperku Sendiri...?

Saat itu adalah bulan Muharram tahun 1424 H. Seorang
pria bernama Mamat yang bekerja di Bandara
Soekarno-Hatta sedang sibuk mengangkat koper-koper
penumpang. Koper bukan sembarang koper. Semua koper
yang baru saja dibongkar dari pesawat Saudia Airlines
itu memiliki kesamaan; berbentuk besar, berwarna biru
tua dan bertuliskan nama pemilik, nomer kloter dan
asal kota. Koper-koper tersebut adalah milik jemaah
haji yang baru saja selesai menunaikan ibadah haji di
Tanah Suci pada tahun itu.

Setiap kali mengangkat satu koper, Mamat selalu
membaca basmalah dan shalawat kepada Rasulullah Saw.
Sudah berpuluh koper yang ia angkat, hingga rasa itu
muncul di dadanya. Pada kali selanjutnya, tatkala
tangannya menggamit pegangan koper, ia sempat membaca
doa kecil kepada Allah Sang Penguasa alam di dalam
hatinya, "Ya Allah, kapan saya mengangkat koperku
sendiri seperti ini...?!" Sebenarnya yang ia maksud
adalah ia begitu berharap dapat berangkat haji ke
Baitullah.

Rupanya Allah mendengar jeritan hati Mamat. Hanya
selang 4 bulan saja, Subhanallah, namanya keluar
sebagai salah seorang dari 17 orang pegawai yang
mendapatkan jatah naik haji tahun itu atas biaya
kantor. Mamat pun amat bersyukur kepada Allah Ta'ala
karenanya.

Namun kebahagiaan ini tidak serta-merta membuat Mamat
puas hati. Ia tahu bahwa berita ini boleh jadi akan
membuat Iis, istrinya bersedih. Sebab hanya dia saja
yang dapat berangkat naik haji, padahal mereka berdua
selalu berdoa kepada Allah Swt agar dapat berangkat
naik haji bersama-sama.
Maka tatkala menyampaikan berita ini pun, Mamat amat
hati-hati dalam mengemasnya. "Semoga tidak ada bahasa
yang terpeleset dan melukai hati", itulah harapan
Mamat.

"Is.... Akang minta maaf ya sama kamu..." Mamat
mencoba membuka percakapan dengan meminta maaf
terlebih dahulu. "Emangnya ada apa, Kang?" sang istri
bertanya. "Akang ingin beritahukan sesuatu ke kamu,
tapi kamu jangan marah ya... apalagi sedih...?" sambut
Mamat. Kalimat itu membuat Iis menjadi gelisah. Ia
coba tenangkan hati untuk mendengar berita gak enak
ini. Mamat pun kemudian menyambung kalimatnya dengan
nada hati-hati, "Is... Akang hari ini mendapat
kejutan. Akang terpilih menjadi salah satu karyawan
yang akan diberangkatkan haji oleh kantor..."
"Alhamdulillah....!!!" Iis berteriak kegirangan. Ia
langsung melompat ke arah Mamat suaminya dan
memeluknya dengan erat. Dengan bersemangat Iis
berkata, "Kirain berita sedih...! Berita bagus kayak
begini kok dibawa sedih kayak begitu Kang? Iis ikut
senang ngedengernya!" "Ya... emang sebenarnya ini
adalah berita gembira, cuma yang bikin Akang takut
membuat kamu sedih adalah karena Akang gak punya duit
untuk ngeberangkatin kamu, Is! Akang khan cuma pegawai
kecil seperti kamu tahu... Kalau saja, duit itu ada,
tentu Akang akan ajak kamu juga untuk berhaji ke rumah
Allah!" Iis lalu mengerti kegundahan yang berkecamuk
dalam hati suaminya. Sambil tersenyum, Iis berujar,
"Udah kang gak usah dipikirin, Iis rela melepas Akang
naik haji. Tapi jangan lupa doain Iis ya biar cepat
nyusul!" Akhirnya, apa yang dikhawatirkan Mamat
tentang perasaan istrinya pun tidak berlaku. Sekali
lagi Mamat bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla
karenanya.

Hari itu adalah jadwal Mamat untuk berangkat haji.
Seperti kebiasaan orang kampungnya, maka kepergian
Mamat diantar dengan adzan dan iqamat. Pembacaan
shalawat dustur yang dikumandangkan oleh seorang
ustadz pun membuat semua orang haru meneteskan air
mata. Saat itulah, Mamat berpamitan dengan menyalami
serta merangkul orang-orang yang ia kenal seraya
meminta restu. Semua anggota keluarga, kerabat,
tetangga, sanak famili menghadiri acara itu. Semuanya
sudah bersalaman dan berangkulan dengan Mamat. Hingga
saat Mamat hendak naik ke atas kendaraan, saat itulah
tiba giliran Iis mencium punggung telapak tangan
suaminya dan suasana haru pun tercipta. Air mata
suami-istri itu pun jatuh membasahi bumi. Saat mereka
berdua berpelukan, Iis berucap, "Kang Mamat....,
jangan lupa untuk doain Iis ya di Baitullah...
panggil-panggil nama Iis di sana. Insya Allah, Iis dan
anak-anak ikhlas ngelepas Akang. Semoga kita semua,
dengan doa kang Mamat, bisa nyusul berangkat haji
bareng-bareng...!" Tak kuasa Mamat menahan tangis.
Pelukan itu makin ia pererat. Ia hanya mampu
mengucapkan kata 'Amien'. Dalam hati, Mamat berucap
agar Allah Swt juga berkenan mengajak istri dan
anak-anaknya untuk berhaji seperti dia.
Di dalam kendaraan Mamat masih sempat berdoa kepada
Allah Swt untuk keluarga yang ia tinggalkan:
ALLAHUMMA ANTAS SHAHIBU FIS SAFAR, WAL KHALIFATU FIL
AHLI. HR. Muslim
"Ya Allah, Engkau adalah pendampingku dalam
perjalanan. Engkau juga yang menggantikan aku untuk
menjaga keluarga yang ditinggalkan... Amien" HR.
Muslim.

Usai membaca doa, ia pusatkan konsentrasinya untuk
khusyuk beribadah kepada Allah Swt.
42 hari Mamat menuntaskan semua ritual ibadah haji di
kota suci Mekkah Al Mukarramah dan Madinah Al
Munawwarah. Semuanya dijalani dengan begitu khusyuk
dan nikmat. Sesampainya di tanah air pun, ia langsung
mendapatkan sebuah titel baru dari masyarakat. Kini ia
dikenal dengan panggilan Haji Mamat di kampungnya.
Lepas 6 bulan setelah kepulangannya dari tanah suci.
Iis istrinya yang dulu sempat berucap ikhlas melepas
kepergian suaminya ke tanah suci, pagi itu ia
kelepasan berujar bahwa dirinya sebenarnya begitu
ingin juga berangkat ke tanah suci untuk berhaji.
Kalimat itu dituturkan dengan nada sedih yang
mengguncang hati Mamat. Kegundahan itu memang pernah
diduga sebelumnya oleh Mamat. Namun baru kali ini
kegundahan itu membuncah, dan tercetus lewat penuturan
akan kerinduan untuk datang ke rumah Allah Swt dalam
ritual haji. Muslim atau muslimah mana yang tidak mau
untuk berhaji?

Maka demi menghibur hati Iis, Mamat pun berujar
kepadanya, "Is... kamu memang berhak untuk berangkat
haji seperti orang lain, tapi Akang belum cukup punya
uang. Sekarang kita hanya mampu untuk berdoa kepada
Allah Swt.... Dia Maha Kuasa.... Jangankan minta
haji.... minta yang lebih dari itu Dia pun amat kuasa.
Nanti malam kita bangun ya untuk shalat tahajud...!
kata ustadz, doa pada sepertiga malam terakhir amat
dikabul. Nanti kita doa sama-sama untuk minta naik
haji. Insya Allah akan dikabulkan... percaya deh!"
Demikian ajakan Mamat kepada istrinya untuk melakukan
shalat tahajud dan berdoa bersama nanti malam. Dan
ajakan itu, disambut dengan anggukan kepala oleh Iis
tanda setuju.

Rupanya Mamat pulang dari kerja tidak seperti biasa.
Hari itu ia tiba di rumah lewat dari pukul 20.00 WIB.
Rupanya ada pekerjaan ekstra yang ia lakukan. Biasanya
Mamat sudah tiba di rumah pukul 5 sore. Mungkin, ada
pesawat lain yang tiba di luar jadwal, sehingga
beberapa kuli panggul seperti Mamat disiagakan untuk
bongkar muatan.

Mamat pulang dengan badan yang letih. Usai menjalani
shalat Isya, ia langsung rebahan di atas kasur dan
langsung tertidur. Rasa letih membuatnya lupa untuk
makan malam terlebih dahulu, atau menyapa keluarganya
yang masih menunggu kedatangannya. Iis dapat memaklumi
hal itu. Tidak beberapa lama kemudian, Iis pun
menyusul tidur di atas ranjang bersama suaminya.
Seperti apa yang telah mereka janjikan, Iis terjaga
dan bangkit dari tidur pada pukul 3 pagi. Kemudian ia
tepuk-tepuk kaki suaminya. Karena terlalu letih, Mamat
tak sanggup untuk bangkit dan hanya berujar,
"Ah...ah...!" tanda bahwa ia tak sanggup membuka mata.
Iis langsung bangkit menuju kamar mandi. Usai
berwudhu, ia kembali lagi ke kamar untuk bertahajud.
Sajadah telah dibentangkan dan mukena pun telah ia
kenakan. Sebelum melakukan shalat, untuk kedua kalinya
Iis menepuk kaki Mamat agar ia bangun dan melakukan
shalat tahajud bersama-sama. Sekali lagi, Mamat hanya
mengeluarkan kata, "Ahh...ahh...!" Ia terlalu lelah
untuk bangkit dan menyusul istrinya untuk bertahajud.
Iis pun memaklumi. Raut wajah Mamat yang letih sudah
mengabarkan bahwa ia terlalu lelah bekerja hari itu.
Iis pun melapalkan takbiratul ihram tanda ia memulai
shalat tahajud.

Begitu khusyuk shalat yang Iis dirikan, dan di atas
pembaringan Mamat pun menyaksikan sosok istrinya yang
bermukena sedang menjalankan shalat. Namun ia dalam
kondisi antara tidur dan terjaga. Kata orang, ini
adalah tidur ayam. Tidur tak mau, bangun tak kuasa.
Setiap gerakan shalat yang Iis lakukan selalu ia
iringi dengan tetesan air mata. Sungguh..., seolah
Allah Swt hadir menyambut kedatangan Iis dalam
keheningan malam itu. Hingga kedekatan dengan Sang
Maha Pencipta pun dapat dirasakan oleh Iis yang
menjalankan shalat tahajud.

Tak terasa waktu bergulir dengan cepat. Sudah satu jam
lebih Iis melakukan shalat dan dzikir kepada Allah
Swt. Waktu telah menunjukkan pukul 4 lebih. Dan ia
berkeinginan untuk bermunajat kepada Allah Swt dalam
lantunan dan rangkaian doa yang ia bacakan.
"Allahumma, ya Allah... Izinkan hamba-Mu ini untuk
dapat berhaji ke rumah-Mu. Mudahkan jalan hamba....
Lapangkanlah rezeki kami. Engkau Yang Maha Kuasa atas
segalanya.... Berikan perkenanmu agar aku sanggup
datang ke rumah-Mu untuk beribadah dan
memakmurkannya... Dengarkan doaku dan Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu...!"

Dalam kesyahduan doa yang dibaca oleh Iis kepada
Tuhannya, rupanya Mamat pun sempat mengamini di dalam
hati tanpa sepatah kata pun terucap. Sungguh, malam
itu telah terbangun sebuah jalinan suci antara seorang
hamba dengan Allah Swt dalam rangkaian doa yang penuh
hikmat dan cita.

Adzan Shubuh mulai terdengar di beberapa masjid dan
mushalla. Untuk terakhir kali, Iis membangunkan Mamat
suaminya sambil berujar, "Pak Haji... ayo bangun! Malu
sama tetangga. Masa sudah haji enggak shalat Shubuh
berjamaah? Ayo bangun, Kang....!"
Mamat pun bangkit. Berat sekali rasanya ia mengangkat
badan. Setelah berwudhu, ia pun mengenakan pakaian
yang bersih lalu berangkat menuju mushalla untuk
melaksanakan shalat Shubuh.

Mamat mengucapkan salam saat masuk kembali ke rumah.
Iis dan anak-anak pun sudah bangun semua. Inilah rumah
yang berkah. Semua sudah terjaga dan bangkit untuk
menyongsong hari yang indah. Mamat kemudian meminta
Iis membuatkan secangkir kopi untuknya. Kemudian
dengan tasbih di tangan, ia baru saja hendak
menempelkan pantatnya ke kursi sofa di ruangan depan.
Namun tiba-tiba hasratnya untuk duduk, dihentikan oleh
dering telfon yang berbunyi keras di pagi hari. Mamat
pun mengangkat gagang telfon.

"Assalamu'alaikum..... ini dari mana dan mau bicara
dengan siapa?" Mamat membuka pembicaraan. "Mat... ini
teh Sulis, Iis ada nggak?" demikian suara di seberang
menjawab. Mamat pun tahu bahwa orang yang menelfon ini
rupanya adalah kakak iparnya sendiri. Tanpa berpikir
panjang, Mamat pun memanggil Iis yang saat itu sedang
hendak membuatkan kopi untuknya.

Mamat kembali duduk di atas kursi sofa. Sementara Iis
duduk di lantai untuk menerima telfon. Baru saja Iis
mengucapkan salam kepada teh Sulis, namun setelah itu
tidak ada satu patah kata pun yang meluncur dari mulut
Iis. Yang ada adalah deraian air mata dan kata, 'iya
Teh!' berulang-ulang diucapkan.

Pembicaraan telfon di pagi hari itu sudah lebih dari
10 menit berlangsung. Melihat istrinya terus menangis,
Mamat menduga bahwa ada berita buruk yang terjadi
terhadap keluarga hingga pagi-pagi begini sudah
menelfon dan membuat istrinya menangis. Mamat mengira
bahwa ada salah seorang familinya berpulang kepangkuan
Ilahi.

Gagang telfon itu kemudian diletakkan Iis. Ia masih
sesenggukan menahan tangis. Iis mencoba mengangkat
wajah dan menghadap ke arah suaminya. Saat itu Mamat
mencoba menyelak dengan pertanyaan, "Siapa yang
meninggal, Is..?" Masih sesenggukan Iis menjawab, "Gak
ada yang meninggal, Kang!" "Lalu kenapa kamu menangis
kayak begitu, emangnya berita sedih apa yang
diceritain teh Sulis?" Mamat masih mengejar dengan
pertanyaan yang lebih menukik.

Saat itulah Iis menceritakan hal sebenarnya,
"Kang...., barusan teh Sulis bilang bahwa ia berniat
berangkat haji tahun ini. Kebetulan kang Andi suaminya
lagi banyak kerjaan. Kang Andi gak bisa nemenin....
Teh Sulis tadi nanya saya, kamu khan belum berhaji,
mau gak saya ajak? Teh Sulis mau bayarin biaya haji
saya.... tapi saya disuruh minta izin dulu ke Akang.
Iis gak nyangka, Kang.... begitu cepat Allah menjawab
doa yang baru saja Iis sampaikan dalam tahajud.
Sekarang, pilihan mah ada di Akang. Jika Akang
izinkan, saya siap. Kalau Akang enggak izinin saya
juga ikhlas...!" Iis berhenti sejenak mengatur
nafasnya yang masih sesenggukan. Air mata itu masih
menetes tanda haru dan syukur atas doa yang Allah Swt
kabulkan. Sementara Mamat masih terdiam, terperangah
dan takjub atas kemurahan Tuhan.

Mamat langsung merangkul istrinya ke dalam dekapan.
Mamat berujar, "Kamu boleh berangkat haji untuk
beribadah dan nemenin teh Sulis. Akang ikhlas
mengizinkan kamu dan merawat anak-anak di rumah.
Silahkan kamu berhaji untuk melengkapi agama kamu,
Is!"

Keduanya masih berpelukan erat tanda haru dan syukur
atas nikmat Allah Swt yang tiada ternilai. Dalam
keharuan tersebut ternyata masih tersisa sebuah
penyesalan dalam dada Mamat yang kemudian terbersit di
hatinya, "Coba, saya ikut bangun tahajud dan berdoa
kepada Allah untuk minta haji. Mungkin bisa berangkat
bareng-bareng juga kali ya....?!"
Itulah kisah sepasang suami-istri hamba Allah Swt yang
dimudahkan untuk berhaji ke Baitullah. Semoga Anda dan
saya dapat menerima anugerah serupa. Amien!

"Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur." (QS. 2:185)

Bobby Herwibowo - 08158300456

Wednesday 8 November 2006

Tips Memilih pelumas

Ada ratusan merek pelumas yang beredar di pasaran. Diantaranya, disinyalir, ada yang mutunya kurang baik. Bagaimana caranya agar tidak salah memilih pelumas ? Departemen energi dan sumber daya mineral ( Dep ESDM ) mengharuskan setiap pelumas yang ada di Indonesia memiliki nomor pelumas terdaftar ( NPT ). Maksudnya untuk melindungi konsumen dari pelumas-pelumas yang kurang baik, dan untuk memperoleh NPT harus melalui pengujian yang dilakukan Dep. ESDM.

Bagi konsumen, apalagi yang awam terhadap masalah pelumas, upaya-upaya ini tentu patut disyukuri. Meski demikian, sebagai langkah pengamanan, tentunya perlu langkah-langkah praktis agar terhindar dari penggunaan pelumas yang kurang baik. Simak tips berikut ini :
  1. Cara yang paling mudah pilih saja pelumas yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang dikenal.
  2. Biasakan mengenal pelumas yang anda beli. Label pada kemasan dapat "berbicara banyak". Disitu tercantum spesifikasi pelumas, produsen, dan nomor telepon atau alamat yang dapat dihubungi. Informasi ini dapat menjadi "deteksi dini" terhadap oli-oli yag tidak dapat dipertanggung jawabkan. Jika tidak ada, anda tentu dapat meragukannya. Pelumas yang baik tentu saja juga mencantumkan standar yang dimilikinya, misalnya API Service, ACEA, atau Jaso.
  3. Pilih pelumas sesuai kebutuhan. Jangan asal meniru orang atau termakan iklan. Harga yang mahal belum tentu kualitasnya lebih bagus. Sebaliknya, harga murah tapi mutu tidak terjamin berisiko membuat mesin rusak. Mau untung malah buntung. Yang terpenting, apakah spesifikasi pelumas itu sesuai kebutuhan kendaraan anda. Simak buku manual kendaraan untuk mengetahui hal ini.
  4. Belilah pelumas di tempat-tempat yang terjamin, seperti di bengkel resmi, SPBU, atau tempat-tempat lain yang meyakinkan. Jangan asal beli sembarangan di pinggir jalan, karena keaslian dan mutunya belum tentu dapat dipertanggungjawabkan.
  5. Ada baiknya, anda melihat saat dilakukan penggantian pelumas. Hal ini untuk berjaga-jaga saja agar tidak terjadi kecurangan. Banyak orang, karena tidak tahu atau tidak mau tahu, menyerahkan saja urusan penggantian pelumas kepada bengkel. Konsumen mungkin sudah memberitahu agar pelumas diganti dengan merek tertentu namun ia tidak tahu apakah si mekanik benar-benar menggunakan merek yang ia sebutkan.
Tidak terlalu rumit bukan? Dengan merepotkan diri sedikit, anda turut menjaga perawatan kendaraan anda.

Untuk mendapatkan pelumas terbaik, kunjungi: www.syntex.bizz.cc

Friday 3 November 2006

Dari Bolivia, Kita Belajar Keberanian

Tak ada yang diberikan kapitalisme kepada rakyat Bolivia, kecuali
kemiskinan dan penindasan

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=270217&kat_id=4
Rabu, 01 Nopember 2006

Dari Bolivia, Kita Belajar Keberanian



Para pemimpin dunia ketiga selayaknya belajar soal komitmen dan
keberanian dari Presiden Bolivia, Evo Morales. Datang ke pentas
pemilihan presiden dengan janji menasionalisasi perusahaan-perusahaan
asing yang menguasai ladang-ladang minyak dan gas Bolivia, Morales
benar-benar memegang kata-kata yang pernah meluncur dari lidahnya.
Meski sudah seterang siang, siapapun pengangkat isu nasionalisasi
tentu akan berhadapan dengan negara-negara barat dan kekuatan
kapitalisme global, Morales bergeming pada komitmennya.

Lihatlah, manakala para politisi tipikal negara dunia ketiga
menganggap kemenangan merebut kursi sebagai akhir perjuangan, Morales
justru menyatakan baru saja memulai langkah. Dengarkan apa yang
disuarakannya saat pelantikan dirinya sebagai presiden, 22 Januari
tahun ini. "Telah sepatutnya kita memulai era baru. Sebuah era untuk
menemukan keadilan sosial. Waktunya menemukan kesetaraan, juga
kemerdekaan bagi warga kita," kata Morales, ketika itu.

Dan era baru yang dijanjikan Morales itu menjemput rakyat Bolivia
hanya sembilan bulan kemudian. Ahad (29/10) lalu,
perusahaan-perusahaan asing yang selama ini telah mengangkangi
hasil-hasil migas Bolivia, menandatangani program nasionalisasi itu.

Tentu saja semua itu bukan tanpa sikap tegas pemerintah Bolivia. Bila
tidak, mana mungkin perusahaan-perusahaan asing yang telah bercokol
dan mengeruk kekayaan alam Bolivia sejak era 1980-an itu mau begitu
saja menyerahkan dana minyak yang melimpah.

Semua itu dimulai Morales dengan sebuah langkah kecil, namun yakin.
Juan Evo Morales Aima, nama lengkapnya, memulai perjuangan dari
Cocachamba. Kota itu memang merupakan pusat perlawanan para
cocaleros-warga mayoritas Bolivia yang merupakan penduduk asli suku
Indian--, termasuk Morales, menentang kebijakan privatisasi air yang
dibentuk rejim neoliberal negeri itu.

Cocaleros yang umumnya para petani coca itu memang merupakan aktor
utama perlawanan terhadap kebijakan yang didiktekan Bank Dunia dan IMF
sejak 1980-an tersebut. Kebijakan,--yang alih-alih membuat 5 juta
warga Bolivia hidup makmur di tengah kelimpahruahan hasil alam, itu
justru mendorong warga Bolivia menjadi masyarakat termiskin di Amerika
Latin, bahkan dunia. Menurut laporan Bank Dunia pada 2004, 74 persen
masyarakat adat Bolivia hidup di bawah garis kemiskinan.

Dari kota yang kemudian menjadi ikon perlawanan terhadap kalangan
neoliberal itulah, Morales,--lebih sering dipanggil Evo oleh
pendukungnya-memulai langkah menuju kursi presiden. Isu yang diusung
lelaki kelahiran Aymara, 26 Oktober 1959 itu tegas: nasionalisasi
perusahaan-perusahaan asing yang telah menyedot kekayaan alam Bolivia,
namun hanya membuat segelintir elit saja yang mengecap hasilnya.

Dengan Partai Gerakan Menuju Sosialisme (Movimiento Al Socialismo/MAS)
sebagai tunggangan, Morales dengan terbuka mengutuk
kejahatan-kejahatan yang dilakukan berbagai perusahaan multinasional.
Dikritiknya praktik-praktik neo-liberalisme dan globalisasi tendensius
yang dilakukan IMF, Bank Dunia, serta WTO. Tanpa lelah Morales
berkampanye akan pentingnya Bolivia mengontrol pengelolaan minyak dan
gas bumi, cadangan kedua terbesar yang ada di Amerika Latin itu.

Perjuangan dan komitmen teguh itu pun berbuah. Setelah sempat gagal
pada pemilu sebelumnya, 22 Desember 2005 lalu Morales ditahbiskan
sebagai pemenang pemilu Bolivia. Jumlah suara yang diperolehnya
mencapai 53,899 persen, melampaui suara yang diperoleh Jorge Tuto
Quiroga, mantan wakil presiden di bawah diktator Hugo B�nzer, serta
Samuel Doria Medina, calon lain yang merupakan salah satu orang
terkaya di negeri itu.

Berbeda dengan politisi kita, bukan semata kursi presiden yang diincar
Morales. Hanya lima bulan setelah terpilih, pada peringatan Hari
Buruh, 1 Mei lalu, sang presiden kembali menggebrak. Dalam pidato
peringatan itu, Morales mengingatkan perusahaan minyak asing yang
beroperasi di Bolivia untuk tunduk pada ketentuan proporsi pemilikan
yang akan ditetapkan pemerintah Bolivia. Selain itu, semua penjualan
produk mereka juga diatur pemerintah Bolivia. "Jika menolak, mereka
kita persilakan keluar dari negeri ini," kata Morales, saat itu. "Saat
ini, penjarahan sumber alam kita oleh perusahaan asing telah
berakhir."

Tanpa jeda, saat itu juga Morales memberikan tenggat waktu enam bulan
kepada perusahaan-perusahaan asing tersebut. Tetapi, sehari setelah
itu militer dan pejabat energi Bolivia mulai mengambil-alih ladang
minyak yang dikuasai perusahaan-perusahaan itu.

"Misi kami adalah menjamin berjalannya operasi secara normal," kata
Komandan satuan unit pengawalan di satu pengilangan yang operasikan
Petrobras, Kapten Jorge Lenz, saat itu. Di belakang Lenz, berdiri
seratusan tentara dengan senjata mesin dan perlengkapan antihuru-hara.
Tak ada kerusuhan terjadi saat berbagai pengambilalihan itu dilakukan.

Hanya dengan gertakan dan semua beres dengan sendirinya? Tentu tidak.
Morales harus berkeliling ke banyak negara untuk meyakinkan banyak
pihak bahwa programnya bukan tanpa alasan.

Di Den Haag, Belanda, Januari lalu Morales bertemu dengan Menlu
Belanda dan menjelaskan programnya. Di Wina, seolah mengancam,
Komisaris hubungan luar negeri Uni Eropa, Benita Ferrero-Waldner
menyatakan, pihaknya mengakui bahwa seperti negara lain, Bolivia
berhak untuk memutuskan sendiri apa yang akan dikerjakan dengan
sumberdaya alamnya. Tetapi, menurut Ferrero Waldner, Bolivia harus
berhati-hati,"Agar tidak melukai diri sendiri,". Tampaknya,
Ferrero-Waldner memang menyuarakan kepentingan konglomerat Prancis
Total, serta raksasa perusahaan minyak Spanyol, Repsol.

Semua itu tak membuat langkah Morales gamang. Hasilnya kita tahu.
Beberapa hari lalu, terpaksa atau tidak, yang jelas semua perusahaan
minyak asing yang beroperasi di Bolivia telah meneken kesepakatan
dengan pemerintah.

Petrobras, Repsol YPF, British Gas Bolivia Corporation, Andina, Chaco,
Matpetrol dan Pluspetrol, pada Ahad (29/10) lalu kontan meneken
kesepakatan. Dua perusahaan lainnya, Total SA dan Vintage Petroleum,
telah menandatangani kontrak sehari sebelumnya. Dengan nasionalisasi
itu, Bolivia akan menikmati 82 persen penerimaan gas dan minyak bumi
hasil eksploitasi perusahaan-perusahaan asing tersebut. Angka itu naik
pesat dari sekitar 50-an persen sebelumnya.

Kini, keberhasilan Bolivia itu sepatutnya menginspirasi para pemimpin
negara-negara dunia ketiga lain. Juga Indonesia. Belajarlah berani dan
teguh memegang prinsip. Belajarlah berpikir untuk kesejahteraan
rakyat, bukan semata untuk keuntungan kantung pribadi, sebagaimana
yang kasat mata terlihat saat ini. Belajarlah semua itu dari Bolivia.

Saat diwawancarai media terkemuka Jerman, Der Spiegel, beberapa waktu
lalu, Morales ditanya apakah sikapnya yang seakan memusuhi kekuatan
ekonomi global itu tidak membuatnya khawatir akan masa depan rakyat
Bolivia. Saat itu Morales menjawab tenang, namun dalam. Sedalam
pengalamannya melawan tirani sistem yang mengungkung kaum Indian,
warga mayoritas di Bolivia.

Tak ada yang diberikan kapitalisme kepada rakyat Bolivia, kecuali
kemiskinan dan penindasan," katanya. Wartawan Spiegel mengaku,
beberapa saat ia kehilangan pertanyaan. (dsy/afp/ap/bbc/der spiegel )