Thursday 27 November 2008

Benarkah hasil dynotest ini?


Panther turbo standard klaim pabrik 78 HP (flywheel dyno, on lab)
Panther turbo standard versi dyno ini 86 HP (on wheel dyno) 1 test run :))

Nah, bila awalnya (warna merah) saja sudah bohong, hasil akhirnya (hasil dyno yang warna biru) bagaimana mempertanggungjawabkannya?

Turbo dan Rizor

Ingin meningkatkan performa mesin (bensin dan diesel) non turbo? Ada beberapa cara dari yang paling murah harga nya

1. Pakai saringan udara free flow
2. Pakai saringan bahan bakar free flow
3. Pasang maximizer 2A (meningkatkan performa mesin non turbo) dan RFP (mesin diesel)
4. Bila masih kurang puas, copot maximizer 2A nya, lalu pasang turbo charger, pasti tenaga meningkat drastis
5. Turbo ternyata masih ngeden di rpm bawah, turbo lag geto lhooo.. :-P, pasang maximizer 2B...., mengurangi turbo lag secara significant
6. Masih kurang puas? Ganti dengan mobil anda dengan mesin yang ber cc lebih besar dan pake turbo juga, jangan lupa turbonya harus VGT dan injectionpump-nya bila diesel, harus commonrail.
7. Masih kurang puas juga, tenaga standard pabrik payah.. Pasang piggy back..
8. Masih kurang puas juga, piggyback tidak menyelesaikan masalah turbo lag, dan back pressure.. pasang rizor max2B dan RFP :)
9 Masih kurang puas? kembali ke langkah nomor 6 :-P

Kesimpulan "Maximizer 2B adalah solusi untuk semua turbocharger"


Posting ini ditujukan pada yang mau baca... thanks :)

Wednesday 26 November 2008

Mengapa Rizor tidak mau di dyno?

Karena alat dyno bisa diatur sesuai dengan keinginan produsen alat peningkat tenaga mesin atau justru konsumennya. Ada batas pemakaian sampai alat dynometer harus di tera ulang. Lembaga tera yang ada di Indonesia sendiri, tidak mempunyai standardisasi untuk mentera alat dynometer.

Pernah dalam suatu forum, saya melihat ada seseorang dengan bangganya mempost hasil dyno mesinnya (on wheel dyno). Kebetulan mobil yang dipasang alat peningkat performa naik horsepowernya dari 86 HP menjadi 130 HP :))
Klaim pabrik untuk mobil tersebut 78 HP (panther ls turbo) :-P , itupun klaim pabrik didasarkan atas pengukuran dyno di lab pabrik dan merupakan hasil terbaik, dan melakukan dyno atas flywheel (flywheel dyno)..
Jadi, bagaimana mungkin flywheel dyno dibandingkan dengan onwheel dyno hasil yang lebih bagus onwheel dyno seperti yang di posting oleh orang tersebut? :-P ketahuan bohongnya .... (you know who he is)

Lalu apa dong yang dilakukan oleh RIZOR untuk membuktikan kalau alat Max2A dan Max2B menghasilkan peningkatan tenaga? (torsi dan HP). Kan kita nggak mau beli kucing dalam karung :)

1. Kami melakukan uji akselerasi 0-100 km per jam sebelum pemakaian dan setelah pemasangan dengan metode kampung (stopwatch), kami jamin ada peningkatan akselerasi 0-100 lebih dari 1 detik, uji tersebut, dilakukan berkali-kali sampai customer puas (torsi meningkat)

2. Melakukan uji top rpm. Misal tadinya sebuah mobil BMW hanya sanggup mencapai redline (sekitar 7000 rpm), dengan rizor dibuktikan didepan customer, bahwa mobilnya sanggup mencapai 7500 rpm (di redline area) tanpa mengubah setting ECU dan mekanikal sama sekali (HP = torsi x rpm x konstanta, artinya HP meningkat)

bila keadaan memungkinkan kami juga melakukan uji top speed, untuk panther l25 yang loyo bila sudah mencapai 120 km per jam atau lebih, ternyata setelah pemasangan Rizor dapat mencapai 150 km per jam dengan waktu pencapaian yang lebih singkat.

* datang, lihat, buktikan, baru bayar :)


lihat juga http://edwin-aldrianto.blogspot.com/2008/11/benarkah-hasil-dynotest-ini.html


Cara Rizor menguji efisiensi bahan bakar

“Pola pengujian haruslah bersifat ADIL baik bagi Klien maupun Rizor”

Pengertian apple-to-apple seringkali digunakan oleh banyak pihak, tapi sepertinya filosofinya belum tentu sama dengan apa yang dimaksud oleh Rizor. Sebagai informasi, yang dimaksud oleh Rizor sebagai pengujian yang apple-to-apple adalah pengujian haruslah dilakukan terhadap MESIN yang SAMA serta POLA PEMBEBANAN OPERASI yang SAMA pula.

Sebagai contoh, pengujian yang dilakukan oleh Rizor untuk pemasangan alat di kendaraan seperti mobil atau mobil adalah sebagai berikut:

· Mobil dijalankan dengan menggunakan bahan bakar solar sebanyak 1 (satu) liter yang diletakkan dalam jerigen yang telah diberi ukuran sebagaimana layaknya botol ukur.

· RPM tidak boleh melebihi angka 2,000 pada tiap percepatan gigi.

· Kecepatan maksimum yang diijinkan adalah 80 km/jam.

· Sebelum pengukuran dilakukan, Odometer di-reset pada posisi 0 (nol) km.

Proses pengukuran dilakukan dengan menjalankan mobil sesuai ketentuan di atas, kemudian dipantau pertambahan kilometer dan berkurangnya bahan bakar solar pada jerigen. Selanjutnya mobil dijalankan sampai pada posisi bahan bakar solar pada jerigen benar-benar habis dan mobil harus berhenti untuk melihat seberapa jauh kilometer yang telah ditempuh pada Odometer.

Dari pengukuran Standar pada mobil tersebut katakanlah diperoleh hasil konsumsi BBM sebesar 8.0 km (delapan kilometer) per liter.

Setelah pengukuran konsumsi bahan bakar dalam kondisi Standar diperoleh, kemudian dilakukanlah pemasangan alat Rizor pada mesin mobil. Setelah pemasangan alat selesai, dimulailah proses pengujian pemakaian BBM pada mobil tersebut dalam kondisi sudah terpasang alat Rizor.

Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui berapa jarak yang ditempuh oleh mobil dengan cara yang sama persis dengan ketentuan pengujian Standar dalam posisi alat Rizor yang sudah terpasang. Syukur-syukur rute yang dijalanipun benar-benar sama.

Dari pengukuran menggunakan alat Rizor pada mobil katakanlah diperoleh hasil konsumsi BBM sebesar 9.0 km (sembilan kilometer) per liter.

Berdasarkan kedua hasil pengujian tersebut di atas, maka mobil tersebut mengalami efisiensi pemakaian BBM sebesar 12.50% (dua belas koma lima puluh persen). Hasil tersebut dijadikan landasan bagi Klien dalam menerbitkan Berita Acara Efisiensi yang kembali harus ditandatangani oleh pihak lapangan Klien dan Rizor.

Begitu pula halnya di genset (pembangkit). Pertama-tama, kami akan meminta kepada calon Klien untuk memberikan:

  • Spesifikasi mesin yang akan dipasangkan alat Rizor
  • Data operasional harian pemakaian BBM tiap mesin untuk periode 3 – 12 bulan terakhir

Dengan mengasumsikan kebenaran data yang diberikan Klien, maka langkah berikutnya adalah melakukan perhitungan RATA-RATA pola pembebanan operasi mesin tersebut selama periode tersebut di atas, barulah kami melakukan survey lapangan untuk:

  • melihat secara langsung kondisi mesin
  • melihat kondisi ruang pembangkit
  • melakukan pengukuran-pengukuran yang dibutuhkan
  • melakukan pengujian konsumsi BBM dengan pola pembebanan rata-rata hasil perhitungan berdasarkan data yang diterima

Bila ternyata setelah dilakukan pengujian saat survey terdapat ketidaksamaan hasil antara data dengan pengujian langsung di lapangan, maka hasil yang akan digunakan adalah hasil pengujian kami secara langsung di lapangan. Hasil pengujian lapangan tersebut akan digunakan sebagai acuan STANDAR sebelum dipasangkan alat Rizor dan ditandatangani oleh pihak lapangan Klien dan Rizor.

Setelah alatnya selesai kami buat, barulah kami akan melakukan pengujian kembali dengan kondisi alat Rizor yang sudah terpasang di mesin yang sama dengan pola pembebanan yang sama seperti pada waktu Standar. Hasil dengan kondisi terpasangnya alat Rizor pun harus dibuatkan berita acaranya dan ditandatangani oleh pihak lapangan Klien dan Rizor.

Perbedaan hasil antara Standar dengan terpasangnya alat Rizor itulah yang akan dijadikan hasil efisiensi resmi yang nantinya merupakan landasan bagi Klien dalam menerbitkan Berita Acara Efisiensi yang kembali harus ditandatangani oleh pihak lapangan Klien dan Rizor.