Wednesday 23 August 2006

Investasi lewat unit link

Berjaga-jaga sekaligus Berinvestasi

Menilik investasi di dalam unit link
Makin banyak orang tertarik untuk berinvestasi dalam unit link saat ini.
Selain bisa mendapatkan hasil investasi yang menggiurkan, para pemegang
unit link pun bisa mendapatkan perlindungan berbagai macam asuransi.
Bagaimana prospeknya?
Djumyati Partawidjaja, Agung Ardyatmo, Aprillia Ika


--------------------------------------------------------------------------------


Kejatuhan pasar reksadana pendapatan tetap pada bulan September 2005
membuat banyak orang merasa trauma untuk berinvestasi di produk-produk
yang mengandung obligasi. Padahal, keruntuhan pasar obligasi waktu itu
sebenarnya menyimpan banyak peluang untuk investor. Bayangkan, kejatuhan
harga-harga obligasi waktu itu telah membuat yield (tingkat keuntungan
yang diharapkan investor) Surat Utang Negara (SUN) melonjak menjadi
18%-20%. Ini artinya, jika investor jeli dan membeli SUN waktu itu,
sekarang ia sudah mengantongi keuntungan yahud.

Jika kita perhatikan, saat ini harga-harga obligasi memang sudah mulai
kembali pulih. Artinya, jika investor masuk sekarang, yield yang bisa
diperolehnya mungkin tak setinggi sebelumnya. Tapi, keuntungan di pasar
obligasi belumlah habis. "Masih belum telat untuk masuk obligasi
sekarang," kata Denny R. Taher, Vice President Investment Management PT
Mandiri Manajemen investasi.

Ingat, saat ini tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) masih
tinggi. Banyak analis memperkirakan pertengahan atau akhir 2006 ini
bunga SBI itu berangsur-angsur akan kembali turun. Pada saat itu
terjadi, harga-harga obligasi akan naik lebih tinggi lagi. Artinya, para
investor obligasi masih bisa menikmati laba lumayan tinggi.

Repotnya, sekarang akses investor ritel bermodal kecil untuk masuk pasar
obligasi sangat terbatas. Asal tahu saja, untuk bisa berinvestasi
langsung di obligasi investor harus menyediakan modal minimal Rp 1
miliar. Mau mengandalkan reksadana pendapatan tetap juga mustahil.
Pasalnya, sampai sekarang Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) masih
melarang para manajer investasi menerbitkan reksadana pendapatan tetap
baru.

Unit link bisa menjadi alternatif

Tapi, jangan khawatir, masih ada celah lain untuk masuk pasar obligasi,
yaitu lewat unit link. Ini adalah turunan produk asuransi - kebanyakan
asuransi jiwa - yang memberikan manfaat investasi kepada pemegang
polisnya. Ini terjadi karena penerbit unit link juga menginvestasikan
sebagian uang premi asuransi ke berbagai instrumen investasi. Nah, saat
ini salah satu instrumen favorit yang menjadi incaran perusahaan
asuransi adalah obligasi; baik obligasi pemerintah (SUN) maupun obligasi
perusahaan.

Hasil investasi produk-produk unit link yang berinvestasi di obligasi
itu ternyata cukup menarik. Contohnya adalah produk Rupiah Stable Fund
keluaran Sequis Life. Produk yang menempatkan 80%-100% dana investor di
obligasi dan pasar uang ini berhasil membukukan keuntungan 2,63% dalam
sebulan terakhir. Sementara itu Rupiah Managed Fund, produk Sequis yang
memiliki portofolio lebih fleksibel (20%-80% di obligasi dan pasar uang,
20%-80% pasar saham) memberikan hasil investasi sebesar 2,23% dalam
sebulan terakhir.

Tertarik? Kebetulan, saat ini beberapa perusahaan juga tengah menawarkan
produk unit link baru. PT AXA Mandiri Financial Services bekerja sama
dengan PT Mandiri Manajemen Investasi baru saja meluncurkan dua produk
asuransi unit link terbaru. Produk pertama bernama Fixed Money Rupiah.
Sesuai dengan namanya, produk ini akan menginvestasikan 100% uang
setoran nasabah di efek pendapatan tetap; baik obligasi pemerintah
maupun obligasi perusahaan.

Produk yang kedua -Stable Money Rupiah- menempatkan 80% dana pemegang
polis di obligasi dan maksimal 20% di saham. Menurut Denny, kedua produk
ini memiliki prospek cukup baik. Ia menghitung produk Stable Money
rupiah -yang komposisi investasinya mirip reksadana campuran- akan bisa
memberikan keuntungan sekitar 13,5%-14% setahun. Sementara itu, produk
Fixed Money Rupiah diperkirakan akan bisa memberikan hasil investasi
sekitar 12% per tahun.

Metode penghitungan berbeda-beda

Tapi jangan lupa, para pemegang unit link baru bisa menikmati laba dari
hasil investasinya dalam jangka menengah (3-5 tahun) dan jangka panjang
(di atas 5 tahun). "Kalau Anda mau investasi untuk satu tahun dan
langsung mau diambil, sangat tidak disarankan untuk ambil unit link,"
kata Budisuharto, Wakil Presiden Direktur AIG Lippo. Jika pemegang polis
nekat menarik dananya sebelum jangka waktu itu, perusahaan asuransi
biasanya akan mengenakan penalti (surrender penalty) yang lumayan besar.
"Surrender penalty baru hilang setelah 5 tahun. Penalti itu
berturut-turut mulai dari tahun pertama 6%, kemudian tahun berikutnya
5%, 4%, 3%, dan 2%," tutur Hans de Waal, AVP Product Development, PT
Asuransi Jiwa Manulife Indonesia.

Cuma, dalam kondisi darurat, perusahaan-perusahaan asuransi itu biasanya
juga menawarkan skema untuk melakukan perpindahan. "Biasanya si agen
penjual akan menawari nasabahnya melakukan switching (pemindahan dana)
untuk menjaga kemungkinan kerugian yang lebih besar," kata Eko Nugroho,
Assistant Manager Product Development & Research PT Asuransi Jiwa Sequis
Life.

Sebelum membeli sebuah produk unit link, sebaiknya Anda juga menanyakan
seluk-beluk produk itu secara detail. Soalnya, varian produk unit link
sangat banyak. Menyangkut penyetoran premi, misalnya, ada yang
menentukan cukup sekali setor; ada pula yang menerapkan sistem setoran
bertahap. Jenis asuransi yang diberikan juga berbeda-beda; tidak melulu
asuransi jiwa. Portofolio investasinya juga sudah pasti tidak sama.

Sebaiknya Anda juga menanyakan cara membaca hasil kinerja unit link yang
diumumkan di koran-koran. Pasalnya, para manajer investasi memang
melaporkan perkembangan investasi mereka dalam bentuk harga unit link
per unit -mirip nilai aktiva bersih (NAB) per unit di reksadana. Tapi,
pengumumannya tidak standar. "Ada yang mengumumkan harga per unit secara
berkala mingguan, harian, atau dua kali dalam seminggu," tutur Budisuharto.

Metode pelaporan yang berbeda-beda ini membuat kita kebingungan pada
saat ingin membandingkan hasil investasi unit link yang satu dengan yang
lain. Tak ada salahnya menanyakan juga metode penghitungan investasinya
jika dana pemegang polis diinvestasikan di obligasi. Pasalnya,
pengelolaan portofolio investasi unit link tidak setransparan reksadana.

Akibatnya, tidak ada yang bisa menjamin penilaian portofolio obligasi
mereka sudah mencerminkan nilai pasar (marked to market). "Ini memang
tergantung manajer investasinya. Jadi kalau memilih produk unit link
perhatikan juga siapa manajer investasinya," tutur Mohamad Andoko,
seorang praktisi perencana keuangan.

+++++

Unit Link Saham juga Menjanjikan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melonjak tinggi selama dua bulan
terakhir ternyata juga memberikan berkah bagi para pemilik unit link
yang berinvestasi di saham. Hasil keuntungan unit link tersebut menjadi
ikut-ikutan meroket. Misalnya saja, Manulife Dana Ekuitas keluaran
Asuransi Jiwa Manulife bisa memberikan keuntungan sekitar 40%-50% dalam
setahun terakhir. Adapun Rupiah Equity Fund milik Sequis Life bisa
memberikan laba 17,44% dalam setahun terakhir.

Melihat gejala ini, banyak nasabah kemudian menyerbu produk-produk unit
link yang memiliki portofolio saham. "Di sini orang sempat ramai-ramai
pindah ke produk yang berinvestasi dalam pasar saham," tutur Muhammad
Ibrahim, Asisstant Head of Technical and Claim MAA Life Insurance.

Selamat Datang


Ini posting pertama saya.

Halo